ILUSTRASI. Pekerja melakukan bongkar muat gula kristal putih impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Sabtu (1/4/2023).Importasi ini diklaim untuk memenuhi cadangan pangan pemerintah (CPP) dan pengamanan stok kebutuhan ramadan dan lebaran.
Penamedia.News, Jakarta 18 Februari 2025. Pemerintah berencana kembali melakukan impor gula sebanyak 200.00 ton di tahun ini. Importasi ini diklaim untuk memenuhi cadangan pangan pemerintah (CPP) dan pengamanan stok kebutuhan ramadan dan lebaran.
Merespons hal itu, Ketua Umum Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI), Soemitro Samadikun menjelaskan bahwa saat ini kekurangan stok yang diklaim pemerintah tidaklah benar.
Dia menegaskan stok gula nasional masih sangat mencukupi untuk kebutuhan konsumsi ramadan hingga lebaran. Apalagi, musim giling akan dimulai pada Maret-Juni 2025.
"Impor tidak tepat, stok gula masih sangat cukup untuk musim giling, untuk lebaran aman juga masih aman," ujarnya pada Kontan.co.id, Selasa (18/2).
Soemitro merinci hingga akhir Desember 2024 stok gula mencapai 985 ribu ton dan telah didistribsukan dari gudang pabrik gula sebesar 143 ribu ton.
Dengan stok yang ada di pedagang dan distributor dia menyebut stok gula pada akhir Januari 2024 masih sebanyak 842.000 ton di gudang gula.
"Jika ditambah pasokan dari luar pabrik ini masih sangat cukup sampai dengan musim giling 2025," jelasnya.
Dengan asumsi kebutuhan bulanan sebanyak 250.000 ton, pihaknya memastikan pasokan gula yang ada saat ini masih mencukupi hingga lebaran bahkan musim giling yang akan dimulai pada April mendatang.
Soemitro menyayangkan kebijakan yang dilakukan saat menjelang musim panen tiba. Kebijakan itu menurutnya secara langsung akan berdampak pada petani dalam mendapatkan kesempatan harga yang layak saat musim panen.
"Seharusnya pemerintah memprioritaskan untuk membeli produksi dari dalam negeri, orang kita masih mau panen kok malah impor," jelasnya.
"Ini kan secara langsung tidak memberikan kesempatan bagi petani mendapatkan harga yang layak, gimana nanti kalau gulanya tidak laku," tambahnya.
Sebelumnya, Kepala Badan Pangan Nasiona (Bapanas) Arief Prasetyo Adi memastikan rencana impor sebanyak 200.000 ton tidak akan berdampak pada penurunan harga petani tebu saat masa panen mendatang.
Dia bilang harga pokok penjualan (HPP) gula di tingkat petani akan tetap di jaga Rp 14.500/kg.
"Nanti saat panen April dan Mei akan tetap di serap dan kita jamin harga di tingkat petani masih Rp 14.500/kg," ujar Arief usai Rakor Pengendalian Harga Pangan Jelang Ramadan dan Lebaran, di Kantor Kementan (17/2).
Arief menegaskan kebijakan impor ini untuk cadangan pangan pemerintah (CPP) dalam bentuk gula. Terlebih saat ini pemerintah harus mulai menggelontorkan CPP gula untuk meredam harga kenaikan harga.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, per pekan II Februari 2025, harga rerata nasional gula konsumsi Rp 18.386 per kilogram (kg) atau naik 0,96 persen dibanding Januari 2025. Harga gula tersebut juga berada di atas harga acuan penjualan (HAP) gula konsumsi di tingkat konsumen Rp 17.500 per kg. Harga tertinggi di Kabupaten Puncak dan Pegunungan Bintang, yakni Rp 40.000 per kg.
"Jadi cadangan yang saat ini ada memang sudah perlu dikeluarkan karena harga gula saat ini sudah naik," jelas Arief.
"https://nasional.kontan.co.id/news/pemerintah-akan-impor-200000ton-gula-petani-menyayangkan"
red/tg